Para pejabat seakan akan sudah jago berakting mengeluh ini mengeluh itu dan bukanlah kinerja atas kerja mereka yang kemudian di ungkapkan, maka tidak heran ketika dalam dunia politik banyak pelakon-pelakon dunia artis yang menjadi elit pejabat di negeri ini. Retorika – Retorika para elit ini tidak lain sebagai pencitraan untuk kepentingan politik, partai politik atau kepentingan dirinya sendiri.
Beretorika memang tidak lepas dari kehidupan seorang pejabat atau pemimpin, tapi yang jadi pertanyaan apakah Retorika para elit tersebut benar adanya ataukah hanya untuk tujuan yang bukan untuk kepentingan dan kebaikan Negara ini..??,
Dalam doktrin retorika Aristoteles terdapat tiga teknis alat persuasi politik yang mungkin salah satunya sering digunakan oleh para elit politik kita yaitu deliberatif, forensik dan demonstratif. Retorika deliberatif adalah memfokuskan diri pada apa yang akan terjadi dikemudian bila diterapkan sebuah kebijakan saat sekarang. Retorika forensik lebih memfokuskan pada sifat yuridis dan berfokus pada apa yang terjadi pada masa lalu untuk menunjukkan bersalah atau tidak, pertanggungjawaban atau ganjaran. Dan Retorika demonstartif memfokuskan pada epideiktik, wacana memuji atau penistaan dengan tujuan memperkuat sifat baik atau sifat buruk seseorang, lembaga maupun gagasan. Sepengetahuan penulis Teori yang terakhir inilah yang kemudian senantiasa digunakan oleh para elit politik kita, tetapi bukannya memperkuat sifat baiknya tetapi sikap keburukanlah yang selalu atau sengaja dibenarkan dengan alasan yang terkadang tidak masuk akal, melemparkan wacana yang belum tentu kebenaranya untuk memperkuat sifat buruk mereka agar tidak tergeser dari jabatan atau Citra Politiknya.
Pencitraan- pencitraan yang terus dikembangkan, tanpa melihat begitu banyak permasalahan bangsa ini yang perlu ada sebuah tindakan tegas baik Pemimpin, Wakil Rakyat dan para penegak Hukum dan Keadilan.
Bangsa ini sepertinya sudah mulai berada pada titik kehancuran dan butuh sebuah Generasi Baru untuk menjadi pelakon-pelakon Politik atau memang hal seperti ini sudah menjadi budaya kita seperti apa yang dikemukakan oleh seorang Sastrawan dan wartawan : Moechtar Lubis, Bahwa ada Enam karekter yang tidak bisa dipisahkan Oleh bangsa Indonesia yakni: Munafik, Tidak Bertanggungjawab,berjiwa feodal, mistis dan sangat percaya takhayyul, seni yang cenderung erotis dan mentalitas yang Lemah. Entahlah..... Yang pasti kita semua berharap Kedepan bangsa ini bisa lebih baik.
good..
BalasHapus