Sabtu, 11 Agustus 2012

Konsep Caring bagi Perawat

1. Definisi
Mc Farlane, 1976 dalam Kyle (1995) mengatakan bahwa caring merupakan suatu aktivitas yang membantu secara berurutan. Leininger, 1981 dalam Kyle (1995) mengatakan bahwa caring merupakan suatu yang bersifat bantuan (assitive), dukungan (Supportif), atau tindakan fasilitatif untuk individu/kelompok lainnya/mengantisipasi kebutuhan untuk menjadi lebih baik/cara hidupnya. Griffin, 1983 dalam Kyle (1995) mengatakan bahwa caring adalah suatu aspek aktivitas tetapi juga menegaskan sikap dan perasaan yang menyokongnya.

Gaut, 1983 dalam Wedho, U.M. (2000) mengatakan bahwa caring merupakan suatu proses yang dalam kegiatannya terdiri dari komponen-komponen yaitu mengkaji kebutuhan klien, memilih dan melakukan tindakan dan menentukan kriteria keberhasilan klien. Gustafon, 1984 dalam Wedho, U.M. (2000) menyatakan bahwa caring  adalah suatu asuhan yang diberikan secara total melalui interaksi perawat klien, sedangkan nursing care adalah prosedur yang dilakukan oleh perawat.
Sabel, 1986 dalam Wedho, U.M. (2000) mendefinisikan caring  sebagai rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain, artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang berpikir, bertindak dan berperasaan. Marriner-Tomey 1994 dalam Nurachmah (2005) mengatakan caring merupakan pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik dan filosofiliah. Caring  bukan semata-mata perilaku. Caring  adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan perhatian emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et al,1999 dalam Nurachmah (2005).
Watson dan Kolega (1979) menyajikan dua komponen caring yang meliputi kegiatan-kegiatan instrumental (penolong) dan expressive (kegiatan yang menyatakan perasaan). Selanjutnya Watson 1988 dalam Wedho, U.M. (2000) mengembangkan teori tentang caring  yaitu Theory of Human Care. Teori ini mempertegas jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi klien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan klien untuk sembuh.
2.      Caring Sebagai Suatu Konsep
Dalam suatu analisa komparatif yang luas terhadap teori caring, Morse et al 1993 dalam Mc Kenna G (1999) menguji kerja dari 23 Theorists dan mengidentifikasi lima perbedaan konseptualisasi dari caring, 1) caring  sebagai human trait (mencirikan manusia) : suatu komponen esensial dari manusia umumnya dan melekat dalam diri semua orang, 2) caring  sebagai suatu moral imperative (bentuk moral) : menyangkut pemeliharaan martabat dan respek bagi klien sebagai manusia. 3) caring sebagai suatu affect (emosi kasihan) : menggambarkan suatu emosi/perasaan keharusan/kasihan, dimana perasaan tersebut harus ada dalam diri setiap perawat supaya bisa merawat klien, 4) caring sebagai interaksi interpersonal : meliputi komunikasi perawat. Klien, saling percaya/rasa penuh hormat dan bertanggung jawab terhadap satu dan lainnya, 5) caring sebagai suatu intervensi terapeutik : suatu tindakan yang berlainan yang dilakukan perawat dalam memenuhi kebutuhan klien.
Wedho, U.M. (2000) mengatakan bahwa perawat harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang cukup sebagai dasar dalam melakukan caring. Dalam hal ini adalah kondisi-kondisi klien yang membutuhkan tindakan caring seperti mendengar dengan aktif, mendidik klien, menjadi Penasehat klien, menyuruh, memahami klien dan kemampuan teknik, atau juga caring bisa meliputi tindakan-tindakan keperawatan (prosedur/intervensi keperawatan) yang membantu klien.
3.      Komponen Caring
American Nurse Association/Anna, 1965 dalam Mc Daniel (1990) menggambarkan keperawatan merupakan caring for dan caring about orang lain. Caring for  adalah kegiatan-kegiatan dalam memberi asuhan keperawatan seperti prosedur keperawatan, membantu memenuhi kebutuhan dasar klien seperti memandikan, menggosok punggung.  Caring about berkaitan dengan kegiatan sharing/membagi pengalaman-pengalaman seseorang dan keberadaannya. Watson 1985 dalam Mc Daniel (1990) mengatakan bahwa perawat perlu menampilkan sikap empatis, jujur dan tulus dalam melakukan caring about.
Watson et all, 1979 dipuji oleh Wolf, 1986 dalam Kyle (1995) karena menggunakan suatu model caring yang berfokus pada perlaku caring yang didasarkan kegiatan instrumental (menolong) dan kegiatan yang expressive (menyatakan perasaan). Aktivitas instrumental dibagi 2 yaitu aktivitas fisik berorientasi pada tingkah laku membantu seperti prosedur-prosedur dan aktivitas fisik yang berorientasi pada kognitif seperti mengajar. Aktivitas expressive tercipta saat hubungan klien dan bercirikan : keyakinan, hubungan saling percaya, harapan, peka/sensitif, sentuhan, keramahan, keikhlasan, support, pengawasan, kenyamanan/menghibur.
Griffin, 1983 dalam Mc Kenna G (1993), dalam analisis philosophi, mengidentifikasi aspek complementary dari model caring yaitu aktivitas, sikap dan perasaan.
4.      Perilaku Caring
Kurt Lewin, 1951 dalam Azwar S (1995), mengatakan bahwa model perilaku (behavior) merupakan interaksi  fungsi karakteristik individu (personal) dan lingkungan (environment). Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian, bahkan kadang-kadang kekuatannya lebih besar dari pada karakteristik individu. Perilaku manusia tidaklah sederhana untuk dipahami dan diprediksikan. Begitu banyak faktor internal dan eksternal dari dimensi masa lalu, saat ini dan masa datang yang ikut mempengaruhi perilaku manusia.
Widayatun (1996), mengatakan bahwa manusia berperilaku / beraktifitas karena adanya kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan. Dengan adanya kebutuhan dalam diri seseorang maka akan muncul motivasi/pendorong sehingga individu/manusia itu beraktifitas / berperilaku, barulah tujuan tercapai dan individu mengalami kepuasan.
Weiss, 1988 dalam Mc Kenna G (1993) mengusulkan suatu model caring yang terdiri dari tiga komponen perilaku yaitu verbal, non verbal dan teknikal. Wedho U.M. (2000), mengatakan bahwa perilaku caring terdiri dari verbal dan non verbal. Perilaku verbal meliputi : 1) memberikan tanggapan dengan kata-kata terhadap keluhan klien, 2) memberikan penjelasan kepada klien sebelum melahirkan tindakan, 3) menanyakan klien tentang keadaan fisiknya untuk lebih absah, 4) mengungkapkan secara verbal status emosi klien, 5) membagi perasaan/pengamatan pribadi/ pengungkapan diri sebagai respon terhadap pengungkapan kekhawatiran klien, 6) memberi keyakinan secara verbal kepada klien selama perawatan, 7) membahas/mendiskusikan masalah-masalah yang dialami klien dari pada masalah kesehatan yang baru dialami. Perilaku non verbal dalam caring meliputi : 1) berdiri di samping tempat tidur klien, 2) menyentuh klien, 3) mempertahankan kontak mata selama interaksi dengan klien, 4) memasuki ruangan klien tanpa diminta terlebih dahulu, 5) memberikan tindakan untuk kenyamanan fisik.
5.      Faktor Carative Dalam Perilaku Caring
Watson, 1988 dalam Nurrachmah (2005) menekankan bahwa dalam sikap caring ini harus tercermin dalam 10 (sepuluh) faktor carative,  yaitu : 1) Pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistik, 2) Memberikan kepercayaan-harapan, 3) Menumbuhkan sensitifan terhadap diri dari orang lain, 4) Mengembangkan hubungan saling percaya, 5) Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien, 6) Penggunaan sistimatis metoda penyelesaian masalah untuk pengambilan keputusan, 7) Peningkatan dan pengajaran interpersonal, 8) Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosio kultural dan spiritual yang mendukung, 9) Memberikan bimbingan dan memuaskan kebutuhan manusiawi, 10) Mengizinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomenologis.
Namun faktor carative yang diteliti adalah :
a.       Pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistik (Watson, 1988).
Perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada klien, serta memberikan dukungan sosial untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan status kesehatannya. Selain itu, perawat juga memperlihatkan kemampuan diri dengan memberikan pendidikan kesehatan.
b.      Memberikan kepercayaan-harapan (Watson, 1988).
Hal ini dilakukan dengan cara memfasilitasi dan meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik, dan memberi keyakinan bahwa kehidupan dan kematian sudah ditentukan sesuai takdir. Disamping itu, perawat meningkatkan perilaku klien dalam mencari pertolongan pertama.
c.       Menumbuhkan sensitifan terhadap diri dari orang lain (Watson, 1988).
Perawat belajar menghargai kesensitifan dan perasaan kepada klien, sehingga ia sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni dan bersikap wajar pada orang lain, dapat mengendalikan perasaan ketika klien bersikap kasar  terhadap diri (perawat), dan mampu meluluskan keinginan klien terhadap sesuatu yang logis.
d.      Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien (Watson, 1988).
Perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan perasaan klien tentang keinginannya untuk sembuh dan apa yang akan dilakukan jika sembuh, memotivasi klien untuk mengungkapkan perasaannya baik positif maupun negatif dan menerima aspek positif maupun negatif sebagai bagian dari kekuatan yang dimilikinya.

e.       Interaksi interpersonal (Morse et al, 1993)
Hubungan perawat-klien tidak sekedar hubungan mutualis. Kelemahan yang ada pada perawat dan klien menjadi hilang ketika masing-masing pihak terlibat interaksi, mencoba memahami kondisi masing-masing. Perawat menggunakan keterampilan komunikasi interpersonalnya untuk mengembangkan hubungan dengan klien yang akan menghasilkan pemahaman tentang klien sebagai manusia yang utuh. Hubungan semacam ini bersifat terapeutik yang akan meningkatkan psikologi yang kondusif dan memfasilitasi perubahan dan perkembangan positif pada diri klien, hubungan ini difokuskan pada tujuan utama untuk memenuhi kebutuhan klien. Hubungan yang saling membantu antara perawat-klien tidak begitu saja terjadi. Hal ini dibangun secara cermat ketika perawat melakukan teknik komunikasi terapeutik.
f.       Suatu intervensi terapeutik (Morse et al, 1993)
Kreasi dari lingkungan yang terapeutik memacu kemampuan perawat untuk menghasilkan kenyamanan fisik dan psikososial pada klien. Peran mendasar perawat adalah meyakinkan bahwa kebutuhan fisiologi klien benar-benar terpenuhi. Sebagai contoh, perawat mengatur posisi klien agar dapat bernapas dengan normal dan tidur secara nyaman tanpa gangguan. Tindakan yang dilakukan perawat terhadap klien selalu dipertimbangkan atas keinginan klien. Sehingga hubungan yang terjadi benar-benar sebagai hubungan mutualis dan sebagai sarana agar kebutuhan klien dapat terpenuhi. 

Pengaruh Perilaku caring Perawat Terhadap Tingkat Kepuasan Klien.
Kepuasan pelanggan/klien mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan. Karena pelanggan adalah orang yang menerima hasil pekerjaan (produk) seseorang, maka pelangganlah yang menentukan kualitas suatu produk jasa pelayanan. Ada beberapa unsur penting dalam kualitas yang ditetapkan pelanggan, yaitu : 1) pelanggan harus merupakan prioritas utama organisasi, 2) pelanggan yang dapat diandalkan merupakan pelanggan yang paling penting, yaitu pelanggan yang menggunakan jasa berkali-kali, 3) kepuasan pelanggan dijamin dengan menghasilkan produk berkualitas tinggi dengan perbaikan terus menerus (Nasution, 2001).
Asuhan keperawatan bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila perawat dapat memperlihatkan sikap caring kepada klien. Dalam memberikan asuhan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah lembut, sentuhan, memberi harapan, selalu berada di samping klien, dan bersikap caring sebagai media pemberi asuhan (Curruth et all, 1999 dalam Nurachmah, 2005).
Kunci membentuk faktor kepuasan pada pelanggan adalah mendapatkan perawat berhubungan langsung dengan klien dan memberdayakan perawat untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk memuaskan para klien. Perilaku caring seyogyanya harus tumbuh dari dalam diri perawat dan berasal dari hati perawat yang terdalam. Perilaku caring bukan hanya memperlihatkan apa yang dikerjakan perawat yang bersifat tindakan fisik, tetapi juga mencerminkan diri perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Jadi, interaksi antara perawat dan klien merupakan unsur yang sangat penting dalam pembentukan focus  kepuasan pada pelanggan (Nasution, 2001).



Artikel Terkait..:

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar